Minggu, 16 Maret 2014

DEWA 19 (Chapter 2) : Persembahan dari Surabaya

Ada satu katalis hal yang dengan mulus melambungkan nama Dewa 19 sebagai bintang yang bersinar dikawasan indonesia timur.

Pertama, kami tidak mengobarkan semangat musik cadas sebagai mana banyak dilakukan grup asal Surabaya dan sekitarnya. Saat dibentuk pada 1991, Surabaya tengah digempur heavy metal. Setiap grup baru yang lahir seolah2 terpanggil untuk membawakan musik keras Judas Priest, Iron Maiden, scorpions, MotorHeads, dan entah siapa lagi,merupakan pendekar cadas yang lagu2nya wajib diraungkan diatas panggung. Lewat konsep musik yang lahir untuk “tidak menjadi siapa2” kami tetap bermain dijalur pop rock yang secara pasar memiliki magnet paling besar dibanding jenis musik lain.

Kedua , lirik lagu2 kami tidak bicara soal penindasan, kritik sosial,atau ungkapan heroisme lainnya. Cukup mengangkat tema yang umum2 saja, seperti problema anak muda dengan segala tetek bengek urusan cinta yang terkadang malah kedengaran cengeng. Tapi kami tidak sekadar tampil ngepo. Ada keseimbangan dalam hal konsep, yaitu antara notasi dan tema lagu yang selalu terjaga. Mungkin melalui kekuatan inilah kami melejit lain daripada yang lain. Tidak heran jika lagu2 seperti Kangen, I Swear , atau Kita Tidak Sedang Bercinta Lagi lebih mudah diterima pembeli kaset diwilayah yang lebih luas.

Di Jakarta, misalnya Dewa 19 menjadi pembicaraan anak2 gedongan, atau pelajar disejumlah sekolah elit. Panggung demi panggung menjadi saksi bagaimana kami membuat penonton cewek menangis histeris.

Di tengah kesibukan jadual manggung kamipun mulai menyiapkan materi album baru yang diberi judul Format Masa Depan.





WAWAN KELUAR



“Dalam tubuh Dewa 19 ,penghasilan selama ini lebih ditentukan oleh besar kecilnya kontribusi yang bersangkutan. Semula aturan main seperti ini disetujui oleh semua personel. Namun belakangan, ketidak puasan dirasakan oleh Drummer kami, Wawan.

Padahal dalam album kangen, Wawan hanya menulis satu lagu, yaitu lagu Dewa dan Si mata Uang, sementara saya dan Andra jauh lebih banyak.

Pada saat dilakukan rekaman musik dasar untuk album Format Masa Depan, Wawan rupanya tidak mampu menyimpan kegelisahan hatinya. Secara terbuka, ia menuntut pembagian yang sama, dan itu jelas tak dapat kami terima, mengingat sudah ada kesepakatan dalam hal ini. Namun yang lebih penting, kami sudah merasa tidak cocok dengan permainannya. Tekhnik Wawan sudah ketinggalan…

Meski begitu, ia melaksanakn tugasnya untuk tetap ikut rekaman. Tapi ketika prosesnya tengah berlangsung, ia terserang penyakit tipus yang mengharuskannya istirahat di Surabaya. Karena tetap tak puas dengan hasil permainannya, saya akhirnya memutuskan untuk menghapus isiannya sebanyak 5 lagu, dan menggantinya dengan permainan Ronald yang waktu itu sebagai drummer GIGI.

Mendengar hal ini Wawan seolah menyadari bahwa ia memang harus merelakan posisinya di Dewa 19 untuk digantikan orang lain. Maka, ketika kami tampil di Open Air Fakultas Hukum Unair, yang letaknya persis di depan rumah Wawan, ia meminta saya untuk segera menemuinya. Saya pun datang tanpa didampingi Andra , Erwin , maupun Ari Lasso. Disitu secara resmi ia menyatakan ingin keluar.

Dewa 19 segera melanjutkan penggarapan album terbaru. Namun ditengah jalan, Ronald menyatakan ingin konsentrasi dengan GIGI, Rere dari Grass Rock adalah satu2nya drummer andal yang paling cocok untuk konsep album kami, yang bisa dimintai kesediaanya menyelesaikan lagu yang tersisa.

Dalam album Format Masa Depan kami melakukan eksplorasi disektor penyanyi latar. Misalnya ,dengan mendatangkan Paduan Suara Fakultas tekhnik UI untuk lagu Format Masa Depan, dan almarhumah Nita Tilana untuk lagu Still I’m Sure We’ll Love Again. Ada juga Aku Milikmu yang menampilkan Maya Estianti, cewek yang sekarang menjadi istri saya. Sebenarnya tema lagu ini pun didapat dari cerita percintaan kami, seperti halnya Sembilan Hari. Bagaimana cerita selengkapnya, biarlah itu hanya saya dan Maya yang tahu.”

Ihwal Wawan, Dewa 19 masih memberi kesempatan untuk memikirkan rencana pengunduran dirinya terhitung sejak bulan Mei sampai dengan Juli 1994. Artinya, pintu masih terbuka baginya. Apa boleh buat, Wawan memilih benar2 cabut.

“Banyak yang bilang bahwa saya adalah figur yang dominan dalam tubuh Dewa 19. komentar itu ada benarnya. Karena berbeda dengan Andra , Erwin , atau Ari Lasso yang umumnya cenderung kalem , saya lebih spontan dalam menyampaikan sesuatu.

Sejak Dewa 19 berdiri, peran saya bukan cuma mencipta lagu atau menyusun aransemen. Sikap sebagai pengambil keputusan ini sebenarnya sudah sering saya lakukan sejak masih duduk di SMU. Dilingkungan sekolah, selain dibenci, saya merasa banyak juga yang mengagumi saya.”

Ahmad Dhani juga bukan tipikal orang yang mudah melupakan perlakuan orang terhadap dirinya, terutama yang sifatnya tidak menyenangkan. Sebagai contoh ,suatu hari rambut panjangnya dibabat habis oleh guru bahasa inggris. Padahal ketika itu dia sudah mati2an menyembunyikannya dibalik kemeja. Eh . masih ketahuan juga. Dia Cuma mengomel dalam hati meski sebenarnya sangat naik pitam. Sekarang , jika teringat peristiwa itu, kadang perasaan jengkelnya masih suka timbul.

Kini mari kita simak kembali penuturannya.

“setelah album kedua dirilis, saya memutuskan hijrah ke Jakarta ,karena disanalah pusat kegiatan bisnis,terutama bisnis musik. Surabaya tak banyak menjanjikan bagi orang yang haus perkembangan seperti saya.

Sendirian berada dijakarta menjadikan peran saya semakin menonjol dari personel Dewa19 lainnya. Secara alamiah saya juga jadi menangani segala tetek bengek urusan kontrak manggung,termasuk berhubungan dengan Media Cetak , Elektronik dan lain sebagainya.

Meski terbilang laris, hasil penjualan Format Masa Depan masih berada dibawah album Kangen, yaitu sekitar 350.000 keping. Hasil penjualan memang tak selalu identik dengan kualitas, karena sering hal ini berkorelasi dengan strategi pemasaran. Itu sebabnya, komentar dari teman2 musisi cukup menghibur kami.

Persoalannya, yang namanya strategi pemasaran selalu memiliki konteks dengan pendanaan yang tidak sedikit. Tuntutan ini jelas sulit dipenuhi oelh Putra Jaya Husin sebagai produser eksekutif yang dalam ikatan kerja sama dengan kami bertindak atas nama pribadi. Walhasil, antara kondisi keuangan dengan tuntutan perubahan dari personel Dewa19 menjadi dua titik yang sulit dipertemukan.

Menghadapi tuntutan personel Dewa19 akan sistem promosi yang maksimal, Putra Jaya Husin sepertinya tidak punya pilihan lain kecuali bersikap realistis. Artinya , suka atau tidak, ia harus menyerahkan kepemilikan master rekaman Dewa19 kepada pihak PT. Aquarius Musikindo. Maka terhitung sejak tanggal 24 September 1994, grup musik potensial dari kawasan Indonesia timur itu secara total berada dibawah naungan Aquarius.



sumber :  tulisan Denny MR di majalah Hai 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar