Ada satu katalis hal yang dengan mulus melambungkan nama Dewa 19 sebagai bintang yang bersinar dikawasan indonesia timur.
Pertama, kami tidak mengobarkan semangat musik cadas sebagai mana banyak
dilakukan grup asal Surabaya dan sekitarnya. Saat dibentuk pada 1991,
Surabaya tengah digempur heavy metal. Setiap grup baru yang lahir
seolah2 terpanggil untuk membawakan musik keras Judas Priest, Iron
Maiden, scorpions, MotorHeads, dan entah siapa lagi,merupakan pendekar
cadas yang lagu2nya wajib diraungkan diatas panggung. Lewat konsep musik
yang lahir untuk “tidak menjadi siapa2” kami tetap bermain dijalur pop
rock yang secara pasar memiliki magnet paling besar dibanding jenis
musik lain.
Kedua , lirik lagu2 kami tidak bicara soal penindasan, kritik
sosial,atau ungkapan heroisme lainnya. Cukup mengangkat tema yang umum2
saja, seperti problema anak muda dengan segala tetek bengek urusan cinta
yang terkadang malah kedengaran cengeng. Tapi kami tidak sekadar tampil
ngepo. Ada keseimbangan dalam hal konsep, yaitu antara notasi dan tema
lagu yang selalu terjaga. Mungkin melalui kekuatan inilah kami melejit
lain daripada yang lain. Tidak heran jika lagu2 seperti Kangen, I Swear ,
atau Kita Tidak Sedang Bercinta Lagi lebih mudah diterima pembeli kaset
diwilayah yang lebih luas.
Di Jakarta, misalnya Dewa 19 menjadi pembicaraan anak2 gedongan, atau
pelajar disejumlah sekolah elit. Panggung demi panggung menjadi saksi
bagaimana kami membuat penonton cewek menangis histeris.
Di tengah kesibukan jadual manggung kamipun mulai menyiapkan materi album baru yang diberi judul Format Masa Depan.
WAWAN KELUAR
“Dalam tubuh Dewa 19 ,penghasilan selama ini lebih ditentukan oleh besar
kecilnya kontribusi yang bersangkutan. Semula aturan main seperti ini
disetujui oleh semua personel. Namun belakangan, ketidak puasan
dirasakan oleh Drummer kami, Wawan.
Padahal dalam album kangen, Wawan hanya menulis satu lagu, yaitu lagu
Dewa dan Si mata Uang, sementara saya dan Andra jauh lebih banyak.
Pada saat dilakukan rekaman musik dasar untuk album Format Masa Depan,
Wawan rupanya tidak mampu menyimpan kegelisahan hatinya. Secara terbuka,
ia menuntut pembagian yang sama, dan itu jelas tak dapat kami terima,
mengingat sudah ada kesepakatan dalam hal ini. Namun yang lebih penting,
kami sudah merasa tidak cocok dengan permainannya. Tekhnik Wawan sudah
ketinggalan…
Meski begitu, ia melaksanakn tugasnya untuk tetap ikut rekaman. Tapi
ketika prosesnya tengah berlangsung, ia terserang penyakit tipus yang
mengharuskannya istirahat di Surabaya. Karena tetap tak puas dengan
hasil permainannya, saya akhirnya memutuskan untuk menghapus isiannya
sebanyak 5 lagu, dan menggantinya dengan permainan Ronald yang waktu itu
sebagai drummer GIGI.
Mendengar hal ini Wawan seolah menyadari bahwa ia memang harus merelakan
posisinya di Dewa 19 untuk digantikan orang lain. Maka, ketika kami
tampil di Open Air Fakultas Hukum Unair, yang letaknya persis di depan
rumah Wawan, ia meminta saya untuk segera menemuinya. Saya pun datang
tanpa didampingi Andra , Erwin , maupun Ari Lasso. Disitu secara resmi
ia menyatakan ingin keluar.
Dewa 19 segera melanjutkan penggarapan album terbaru. Namun ditengah
jalan, Ronald menyatakan ingin konsentrasi dengan GIGI, Rere dari Grass
Rock adalah satu2nya drummer andal yang paling cocok untuk konsep album
kami, yang bisa dimintai kesediaanya menyelesaikan lagu yang tersisa.
Dalam album Format Masa Depan kami melakukan eksplorasi disektor
penyanyi latar. Misalnya ,dengan mendatangkan Paduan Suara Fakultas
tekhnik UI untuk lagu Format Masa Depan, dan almarhumah Nita Tilana
untuk lagu Still I’m Sure We’ll Love Again. Ada juga Aku Milikmu yang
menampilkan Maya Estianti, cewek yang sekarang menjadi istri saya.
Sebenarnya tema lagu ini pun didapat dari cerita percintaan kami,
seperti halnya Sembilan Hari. Bagaimana cerita selengkapnya, biarlah itu
hanya saya dan Maya yang tahu.”
Ihwal Wawan, Dewa 19 masih memberi kesempatan untuk memikirkan rencana
pengunduran dirinya terhitung sejak bulan Mei sampai dengan Juli 1994.
Artinya, pintu masih terbuka baginya. Apa boleh buat, Wawan memilih
benar2 cabut.
“Banyak yang bilang bahwa saya adalah figur yang dominan dalam tubuh
Dewa 19. komentar itu ada benarnya. Karena berbeda dengan Andra , Erwin ,
atau Ari Lasso yang umumnya cenderung kalem , saya lebih spontan dalam
menyampaikan sesuatu.
Sejak Dewa 19 berdiri, peran saya bukan cuma mencipta lagu atau menyusun
aransemen. Sikap sebagai pengambil keputusan ini sebenarnya sudah
sering saya lakukan sejak masih duduk di SMU. Dilingkungan sekolah,
selain dibenci, saya merasa banyak juga yang mengagumi saya.”
Ahmad Dhani juga bukan tipikal orang yang mudah melupakan perlakuan
orang terhadap dirinya, terutama yang sifatnya tidak menyenangkan.
Sebagai contoh ,suatu hari rambut panjangnya dibabat habis oleh guru
bahasa inggris. Padahal ketika itu dia sudah mati2an menyembunyikannya
dibalik kemeja. Eh . masih ketahuan juga. Dia Cuma mengomel dalam hati
meski sebenarnya sangat naik pitam. Sekarang , jika teringat peristiwa
itu, kadang perasaan jengkelnya masih suka timbul.
Kini mari kita simak kembali penuturannya.
“setelah album kedua dirilis, saya memutuskan hijrah ke Jakarta ,karena
disanalah pusat kegiatan bisnis,terutama bisnis musik. Surabaya tak
banyak menjanjikan bagi orang yang haus perkembangan seperti saya.
Sendirian berada dijakarta menjadikan peran saya semakin menonjol dari
personel Dewa19 lainnya. Secara alamiah saya juga jadi menangani segala
tetek bengek urusan kontrak manggung,termasuk berhubungan dengan Media
Cetak , Elektronik dan lain sebagainya.
Meski terbilang laris, hasil penjualan Format Masa Depan masih berada
dibawah album Kangen, yaitu sekitar 350.000 keping. Hasil penjualan
memang tak selalu identik dengan kualitas, karena sering hal ini
berkorelasi dengan strategi pemasaran. Itu sebabnya, komentar dari
teman2 musisi cukup menghibur kami.
Persoalannya, yang namanya strategi pemasaran selalu memiliki konteks
dengan pendanaan yang tidak sedikit. Tuntutan ini jelas sulit dipenuhi
oelh Putra Jaya Husin sebagai produser eksekutif yang dalam ikatan kerja
sama dengan kami bertindak atas nama pribadi. Walhasil, antara kondisi
keuangan dengan tuntutan perubahan dari personel Dewa19 menjadi dua
titik yang sulit dipertemukan.
Menghadapi tuntutan personel Dewa19 akan sistem promosi yang maksimal,
Putra Jaya Husin sepertinya tidak punya pilihan lain kecuali bersikap
realistis. Artinya , suka atau tidak, ia harus menyerahkan kepemilikan
master rekaman Dewa19 kepada pihak PT. Aquarius Musikindo. Maka
terhitung sejak tanggal 24 September 1994, grup musik potensial dari
kawasan Indonesia timur itu secara total berada dibawah naungan
Aquarius.
sumber : tulisan Denny MR di majalah Hai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar